Setelah brain-storming otak dengan hati, saya mulai mencoba untuk memakai kerudung saat disekitar saya terdapat non-muhrim. Sampai pada suatu hari di rumah saya terdapat bapak-bapak tukang yang sedang melakukan renovasi rumah saya, biasanya saya selalu memakai kerudung jika keluar dari kamar, tetapi pada saat itu dengan setengah sadar (bangun tidur) saya menuju dapur untuk minum tanpa mengunakan khimar “ASTAGHFIRULLAH!!!!!” saya langsung merunduk menghindari pandangan bapak-bapak tukang yang mungkin penasaran tumben saya tidak memakai kerudung keluar kamar. Dengan memakai jaket yang saya pakai saya menutupi bagian kepala saya, untung saja saya selalu memakai celana panjang dan jaket saat tidur. Melihat tingkah saya, ibu saya bertanya “ngapain mbak?”, “itu buk, saya lupa pakai khimar” jawab saya, kemudian ibu saya terdiam tidak mengatakan apapun, sayapun kembali berjalan menuju kamar. Ibu saya mendatangi saya dan mengatakan “mbak jangan terlalu ekstrim?” “ekstrim?” “tidak apa a
Pintu hati saya mulai dibuka oleh Allah ketika saya menjalani semester awal perkuliahan. Melihat banyak kakak tingkat yang begitu anggun, cantik, dan menentramkan hati dengan mengenakan pakaian syar’inya. Rasanya setiap kali melihat mereka, kalimat toyyibah selalu ingin keluar dari syafatain dan qalbu ini. “Andaikan saya bisa seperti mereka” kalimat seperti itu beberapa kali terucap, tapi tanpa disertai amalan. Pada waktu semester 2, saya melihat teman seangkatan saya memakai khimar yang lucu, dia memiliki warna yang berbeda antara bagian dalam khimar dan bagian luar khimar, dan tiap sisinya bisa dipakai sebagai luaran. Saya memutuskan untuk membeli khimar bermodel seperti itu dengan warna yang berbeda disebuah OLshop satu set beserta gamisnya. Dan itulah pakaian syar'i pertama saya <3 Awal memakai kerudung yang panjang, saya merasa sebagai pusat perhatian. Saya merasa sangat aneh, mungkin karena dulu saya pernah beranggapan bahwa orang yang memakai k