Pintu hati saya mulai dibuka oleh Allah ketika saya
menjalani semester awal perkuliahan. Melihat banyak kakak tingkat yang begitu
anggun, cantik, dan menentramkan hati dengan mengenakan pakaian syar’inya.
Rasanya setiap kali melihat mereka, kalimat toyyibah selalu ingin keluar dari syafatain dan qalbu ini. “Andaikan saya bisa seperti mereka” kalimat seperti
itu beberapa kali terucap, tapi tanpa disertai amalan.
Pada waktu semester 2, saya
melihat teman seangkatan saya memakai khimar yang lucu, dia memiliki warna yang
berbeda antara bagian dalam khimar dan bagian luar khimar, dan tiap sisinya
bisa dipakai sebagai luaran. Saya memutuskan untuk membeli khimar bermodel
seperti itu dengan warna yang berbeda disebuah OLshop satu set beserta
gamisnya. Dan itulah pakaian syar'i pertama saya <3
Awal memakai kerudung yang panjang, saya merasa sebagai
pusat perhatian. Saya merasa sangat aneh, mungkin karena dulu saya pernah
beranggapan bahwa orang yang memakai kerudung panjang merupakan orang yang
menganut ekstrimisme sehingga saya merasa ketika orang lain melihat saya, yang
mereka pikirkan sama dengan apa yang pernah saya pikirkan dahulu. Tetapi disisi
lain saya merasa sangat nyaman memakai kerudung panjang dan tebal, dengan alas an "ya nyaman aja".
Karena saya hanya memiliki 1 buah kerudung
panjang, Akhirnya saya memakai kerudung tersebut terus menerus selama beberapa
hari tetapi dengan warna yang berbeda (karena berbeda warna tiap sisi), dan
teman saya ada yang menyadari bahwa saya tidak berganti kerudung Selama beberapa
hari (HAHA) meskipun saya selalu mencucinya. Besoknya saya memakai kerudung tipis yang "diselempangkan ke kanan dan kekiri" kembali. Rasanya sangat aneh dan tidak
nyaman. Akhirnya saya memutuskan untuk membeli bebrapa khimar yang panjang agar
bisa digunakan sebagai ganti.
Meskipun saya sudah memakai kerudung ketika berangkat kuliah
maupun keluar rumah. Saya masih tidak terbiasa menggunakan kerudung ketika di
dalam rumah meskipun di rumah/di kos ada non-muhrim. Pernah pada suatu hari,
saya mengantarkan teman saya yang sedang bermain ke kos saya ke gerbang pintu
gerbang kos, dia bertanya “lho no? kok nggak pakai kerudung??” dia baru sadar
saya tidak memakai kerudung ketika sampai di gerbang pintu kos karena dia
berjalan di depan saya. dengan beralasan “oh iya lupa” saya melambaikan tangan
ke dia dan kembali ke kamar. Setelah dipikir pikir kembali, benar juga,
sebenarnya apa fungsinya saya berkerudung?, kenapa hanya berkerudung waktu
keluar atau jalan jalan saja? Bukannya fungsinya untuk
menjaga dari pandangan yang bukan muhrim? Padahal di rumah/di kos ada yang
bukan muhrim. -berlanjut-
Komentar
Posting Komentar