Langsung ke konten utama

#part1 : Cosplay!


 
     Saya ingin berbagi sedikit tentang kisah saya, kisah dimana “hidayah”, sesuatu yang misterius dan dicari cari oleh banyak orang menghampiri saya. Nama saya eno, sekarang saya duduk di bangku perkuliahan fakultas kedokteran universitas muhammadiyah Malang semester 4, saya bukanlah seorang penulis, saya hanyalah seorang anak perempuan biasa yang dalam proses hijrah. insyaAllah.
     Jika mereka yang sudah dahulu mengenal saya mungkin sedikit terkejut akan penampilan saya yang sekarang, dengan menggunakan kerudung panjang, gamis, lengkap dengan kaos kaki. Saya dulu sedikit ektrim dalam bertingkah laku dan berpakaian. Hal itu tercermin dalam hobi saya yaitu ber-cosplay. Jika kalian ingin tahu apa itu cosplay silahkan browsing di google secara rincinya, tapi  intinya adalah “berpura-pura” menjadi suatu karakter dalam anime, manga, film, dan karakter fiksi lainnya mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dan bersikap selayaknya karakter yang diperankan. Dikarenakan bercosplay menuntut kemiripan yang semirip mugkin maka perlulah aksesoris penunjang seperti wig, kostum, sepatu, armor/weapon, dan tak kalah penting make-up.
     Dengan menekuni hobi ini saya mendapatkan beberapa hal positif yang bisa saya ambil, yang pertama menjadi lebih kreatif karena membuat beberapa aksesoris cosplay  dan dapat bermake-up biasanya saya kerjakan sendiri, yang kedua, saya menjadi lebih PD daripada sebelumnya karena berjalan jalan di keramaian dengan berpakaian nyeleneh dan  membawa “senjata" yang besar membutuhkan kepercaya dirian lebih, dan yang terakhir, saya tahu bagaimana melakukan transaksi/ jual-beli online hahaha, aksesoris cosplay yang sudah bosan atau tidak digunakan lagi dapat dijual kembali di suatu forum jual beli cosplay yang nantinya uangnya dipergunakan untuk membeli aksesoris baru. Hal yang menyenangkan dari cosplay, saya bisa mengenal banyak teman sesama cosplayer yang berasal dari seluruh Indonesia dan manca Negara, selain itu cosplay membuat saya merasa “dianggap” atau bisa dibilang sok ngartis, karena saat bercosplay di suatu event jepang pasti ada yang manggil dan ngajak foto dan lebih senangnya lagi jika dipanggil menggunakan nama karakter yang dicosplaykan, contoh “Ryuko Matoiiiii!!!! Boleh minta foto bareng??” *seketika nge-fly*.
     Selain hal positif yang saya dapat beberapa hal negatif yang saya jalani selama masa cosplay saya antara lain saya menjadi sangat konsumtif/boros, aksesoris cosplay tidaklah murah karena kebanyakan merupakan barang import, saya dapat menghabiskan beberapa juta dalam satu bulan untuk menjadikan suatu karakter, belum lagi jika sedang mengerjakan suatu project tiba tiba ada karakter baru lagi yang benar benar menggoda untuk dicosplaykan muncul, uang yang seharusnya dapat digunakan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat hilang untuk sesuatu yang kurang bermanfaat. Pada saat bercosplay saya tidak hanya memerankan karakter perempuan tetapi karakter laki-laki juga (crossplay) , Memakai wig, berpakaian seperti laki-laki that’s all Allah hate tetapi penolakan penolakan akan hal yang sudah Allah perintakan itupun terjadi demi mempertahankan Hobi yang sudah mendarah daging(?) ini, dengan beranggapan “toh saya lebih baik daripada mereka, mereka yang berjilbab juga masih banyak yang bicara kotor  dan sebagainya. Itukan juga dibenci Allah, masih mending sayalah”. Astaghfirullah, sudah melanggar perintahnya… sombong lagi :’(. Saya bahkan pernah sangat marah dan memberontak kepada ibu saya ketika ibu saya tidak memperbolehkan saya untuk mengcosplaykan karakter yang saya pilih bahkan saya mengatakan “ngapain dilarang larang, ini uang saya sendiri, tabungan saya, nggak pernah minta ke ibu bapak” … hellooooo… kerja aja enggak, uang sakumu itu dari bapak bro!, memang orang tua saya tidak pernah melarang saya untuk bercosplay. Parahnya saya masih melakukankan hobi ini sampai dengan awal masuk kuliah, bahkan sebelum saya diterima di perguruan tinggi, saya berniat untuk mengikuti club cosplay regional. Kebiasaan borospun masih berlanjut sampai awal masa perkuliahan.
      Dalam suatu reuni SMA pernah saya ditanya oleh teman saya “lah kerudungnya panjang amat? Mana wigmu?” itu merupakan suatu “pukulan” tersendiri bagi saya, sedih, masa lalu tentang seseorang memang sulit dilupakan, apalagi masa lalu saya tergolong sangat unik. Mungkin satu SMA hanya saya cosplayer satu satunya yang benar benar totalitas dalam bercosplay, dan mungkin saya juga bisa mengklaim bahwa saya satu satunya cosplayer di kota saya.
-berlanjut-
      




Komentar

Postingan populer dari blog ini

#part2 : Terima Kasih

     Pintu hati saya mulai dibuka oleh Allah ketika saya menjalani semester awal perkuliahan. Melihat banyak kakak tingkat yang begitu anggun, cantik, dan menentramkan hati dengan mengenakan pakaian syar’inya. Rasanya setiap kali melihat mereka, kalimat toyyibah selalu ingin keluar dari syafatain dan qalbu ini. “Andaikan saya bisa seperti mereka” kalimat seperti itu beberapa kali terucap, tapi tanpa disertai amalan.      Pada waktu semester 2, saya melihat teman seangkatan saya memakai khimar yang lucu, dia memiliki warna yang berbeda antara bagian dalam khimar dan bagian luar khimar, dan tiap sisinya bisa dipakai sebagai luaran. Saya memutuskan untuk membeli khimar bermodel seperti itu dengan warna yang berbeda disebuah OLshop satu set beserta gamisnya. Dan itulah pakaian syar'i pertama saya <3      Awal memakai kerudung yang panjang, saya merasa sebagai pusat perhatian. Saya merasa sangat aneh, mungkin karena dulu saya pernah beranggapan bahwa orang yang memakai k

#part3: Kerudung dan Keluargaku

    Setelah brain-storming otak dengan hati, saya mulai mencoba untuk memakai kerudung saat disekitar saya terdapat non-muhrim. Sampai pada suatu hari di rumah saya terdapat bapak-bapak tukang yang sedang melakukan renovasi rumah saya, biasanya saya selalu memakai kerudung jika keluar dari kamar, tetapi pada saat itu dengan setengah sadar (bangun tidur) saya menuju dapur untuk minum tanpa mengunakan khimar “ASTAGHFIRULLAH!!!!!” saya langsung merunduk menghindari pandangan bapak-bapak tukang yang mungkin penasaran tumben saya tidak memakai kerudung keluar kamar.  Dengan memakai jaket yang saya pakai saya menutupi bagian kepala saya, untung saja saya selalu memakai celana panjang dan jaket saat tidur. Melihat tingkah saya, ibu saya bertanya “ngapain mbak?”, “itu buk, saya lupa pakai khimar” jawab saya, kemudian ibu saya terdiam tidak mengatakan apapun, sayapun kembali berjalan menuju kamar. Ibu saya mendatangi saya dan mengatakan “mbak jangan terlalu ekstrim?” “ekstrim?” “tidak apa a